Muhammad Bin Abdullah
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Azhab: 56). Allah SWT menyampaikan sholawatnya kepada Nabi, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun menyampaikan sholawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan, sedangkan orang-orang mukmin bersalawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan.
Sebelumnya Allah SWT
mengutus para nabi-Nya sebagai rahmat kepada kaum dan zaman mereka saja, namun
Allah SWT mengutus beliau SAW sebagai rahmat bagi alam semesta. Beliau SAW
datang dengan membawa rahmat yang mutlak untuk kaum di zamannya dan untuk
seluruh zaman. Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak mengutusmu kecuali
sebagai rahmat bagi alam semesta." (QS. Al An-Biya: 107)
Suatu malam, tiba-tiba
Abdul Muthalib membayangkan bahwa matahari telah terbit, lalu ia bangun dan
ternyata mendapati dirinya di pertengahan malam, keheningan yang luar biasa
menyelimuti gurun yang terbentang. Ia menuju pintu kemah, lalu menyaksikan
bintang-bintang bersinar di langit, dan dunia tampak di selimuti dengan malam.
Ia kembali menutup pintu kemah dan tidur. Belum lama ia dikuasai oleh rasa kantuk
yang amat sangat, sehingga ia kembali bermimpi untuk kedua kalinya. Segala
sesuatunya tampak jelas kali ini, Sesungguhnya sesuatu yang besar memerintahnya
untuk melaksanakan perintah yang sangat penting, "Galilah zamzam!"
Dalam mimpinya Abdul Muthalib bertanya: "Apakah itu zamzam?" Kemudian
untuk kedua kalinya perintah itu mengatakan bahwa ia diperintahkan untuk
menggali zamzam. Belum lama Abdul Muthalib melihat sesuatu yang bersembunyi
itu, sehingga ia berdiri di tempat tidurnya dan hatinya berdebar dengan keras.
Abdul Muthalib bangkit,
lalu ia membuka pintu kemah kemudian pergi ke gurun yang luas. Apakah arti
zamzam? Tiba-tiba pikirannya dipenuhi dengan cahaya yang datang dari jauh, bahwa
pasti zamzam adalah sebuah sumur, tetapi apa yang diinginkan oleh suara yang
dating dalam tidur itu agar ia menggali sumur, di sana tidak ada jawaban selain
satu jawaban dari pertanyaan ini, yaitu agar orang-orang yang berhaji dan berkeliling
di sekitar Ka'bah dapat meminumnya. Tetapi apa nilai dari sumur itu sendiri,
bukankah di sana terdapat banyak sumur yang dapat diminum oleh orang-orang yang
berhaji.
Abdul Muthalib duduk di
tengah-tengah pasir gurun pada pertengahan malam, ia memikirkan bintang-bintang
sembari merenungkan cerita-cerita kuno yang mengatakan tentang sumur yang memancar
darinya air sebagai akibat dari pukulan kaki Nabi Ismail as, di sana juga ada
cerita yang mengatakan bahwa sumur itu telah binasa sesuai dengan perjalanan
zaman. Ketika matahari terbit, Abdul Muthalib keluar menemui orang-orang, dan
menceritakan kepada mereka bahwa ia akan menggali sebuah sumur di tempat
tertentu, ia menunjukkan ke tempat yang di situ ia diberitahu oleh suara yang
ada dalam mimpinya. Orang-orang Quraisy menolaknya, Sesungguhnya tempat yang
diisyaratkan oleh Abdul Muthalib terletak di antara dua berhala dari
berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat setempat, yaitu di antara berhala
yang bernama Ashaf dan Nallah.
Akhirnya Abdul Muthalib
pergi dalam keadaan sedih, lalu ia berdiri di hadapan Ka'bah dan mengungkapkan
suatu nazar kepada Allah SWT. Ia berkata: "Jika aku mendapat sepuluh anak
laki-laki, dan mereka menginjak usia dewasa, sehingga mereka mampu melindungiku
saat aku menggali sumur Zamzam, maka aku akan menyembelih salah seorang dari
mereka di sisi Ka'bah sebagai bentuk korban." Doanya pun terkabul. Belum
sampai berlangsung satu tahun, istrinya melahirkan anaknya yang kedua dan
setiap tahun ia melahirkan anak laki-laki sampai pada tahun yang kesembilan,
sehingga Abdul Muthalib mempunyai sepuluh anak laki-laki. Kemudian berlalulah
zaman dan anak-anak Abdul Muthalib menjadi besar. Abdul Muthalib akhirnya
menjadi seseorang yang memiliki kemampuan.
Kemudian Abdul Muthalib
berusaha melakukan rencananya yang diisyaratkan dalam mimpinya itu, yaitu ia
bersiap-siap untuk mengorbankan salah satu anaknya sebagai bentuk pelaksanaan dari
nazarnya. Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama
anaknya yang paling kecil yaitu Abdullah. Ketika nama anak itu keluar dalam
undian, maka orang-orang yang ada disekitarnya berusaha memberontak, mereka mengatakan
bahwa mereka tidak akan membiarkan Abdullah disembelih.
Abdullah saat itu
terkenal sebagai seseorang yang bersih dikawasan Arab, ia telah dapat menarik
simpati masyarakat di sekitarnya. Ia tidak pernah menyakiti seseorang pun.
Bahkan ia tidak pernah meninggikan suaranya lebih dari orang lain. Senyuman
khas Abdullah terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di kawasan Jazirah
Arab. Muatan ruhaninya demikian jernih, dan hatinya yang mulia menyerupai
sebuah kebun di tengah gurun hati yang keras, oleh karena itu semua manusia
datang kepadanya dan menentang usaha penyembelihannya. Para pembesar Quraisy
berkata, "Lebih baik kami menyembelih anak-anak kami daripada ia harus
disembelih, dan menjadikan anak-anak kami sebagai tebusan baginya. Kami tidak
akan menemukan seseorang pun yang lebih baik dari dia seandainya kami
menyembelihnya, pertimbangkanlah kembali masalah itu, dan biarkan kami bertanya
kepada dukun."
Abdul Muthalib tampak
tidak mampu menghadapi tekanan ini, lalu ia mempertimbangkan kembali apa yang
telah ditetapkannya. Kemudian mereka mendatangi seorang dukun. Si dukun
berkata: "Berapakah taruhan yang kalian miliki?" Mereka menjawab:
"Sepuluh ekor unta." Dukun itu berkata: "Datangkanlah sepuluh
unta, lalu lakukanlah kembali undian atasnya dan atas nama Abdullah, jika
undian datang padanya, maka tambahlah sepuluh ekor unta lagi, lalu ulangilah
terus undian tersebut, demikian hingga tidak keluar lagi nama Abdullah.
Kemudian dilakukanlah
undian atas nama Abdullah dan atas sepuluh ekor unta yang besar. Undian itu pun
mengeluarkan terus nama Abdullah, hingga Abdul Muthalib menambah sepuluh ekor
unta lagi, kemudian lagi-lagi yang keluar nama Abdullah sehingga mereka pun
menambah sepuluh ekor unta lagi sampai jumlah unta itu telah mencapai seratus
ekor unta. Setelah itu, datanglah nama unta tersebut dan disembelihlah seratus
ekor unta itu di sisi Ka'bah, dan mereka membiarkannya di situ sehingga korban
itu tidak disentuh oleh seseorang pun dan juga disentuh oleh binatang-binatang
buas.
Abdul Muthalib sangat
gembira atas keselamatan anaknya, Abdullah. Lalu ia menetapkan untuk menikahkannya
dengan gadis terbaik di Jazirah Arab, kemudian ia keluar dengannya pada suatu hari
dari Ka'bah ke rumah Wahab, dan di sana ia meminang untuknya Aminah binti
Wahab. Kemudian Aminah binti Wahab menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib,
seorang pemuda yang paling mulia dan paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.
Dinyalakanlah api-api
di gunung-gunung Mekah, agar para musafir dan para tamu mengetahui tempat
diadakannya acara tersebut, yaitu acara pernikahan antara Abdullah dan Aminah.
Lalu disembelihlah hewan-hewan korban, dan manusia dari kalangan orang-orang
fakir bahkan binatang-binatang buas dan burung makan darinya. Abdullah tinggal
bersama istrinya dua bulan di rumah pernikahan, hingga suatu hari ada kabar
bahwa kafilah akan berangkat, lalu Abdullah pun mengikuti kafilah tersebut dan
melakukan perjalanan bersama kafilah perdagangan Quraisy menuju Syam, itu
adalah kesempatan terakhir yang diperoleh Aminah binti Wahab bersamanya.
Wajah Abdullah yang
mulai tampak berseri-seri mengucapkan selamat tinggal kepada Aminah, lalu
setelah itu bayang-bayang wajahnya tersembunyi bersama kafilah dan rnereka pun
hilang. Aminah tidak mengetahui bahwa itu adalah kesempatan terakhirnya setelah
dua bulan dari perkawinannya. Abdullah mengunjungi paman-pamannya dari kabilah
bani Najar di Madinah, dan di sana ia meletakkan jasadnya di muka bumi, ia
meninggal dunia. Abdullah bin Abdul Muthalib kini telah meninggal. Saat itu ia
berusia dua puluh lima tahun.
Aminah tampak menangis
tersedu-sedu dan ia tampak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya dan
tidak mengetahui jawabannya, mengapa Allah SWT menebusnya dengan seratus unta
jika kemudian Dia menetapkan kematian baginya. Aminah menangis dua kali,
pertama ia menangis untuk dirinya sendiri dan kali kedua ia menangis untuk anak
yang ditinggal mati ayahnya sebelum ia sempat dilahirkan.
Kemudian kesedihannya itu
mulai tidak tampak ketika ia mendapatkan bahwa janin yang dikandungnya tidaklah
memberatkannya, sebaliknya ia merasakan betapa ringannya janin yang
dikandungnya bagaikan merpati yang berkeliling di seputar Ka'bah, maka tidak
ada wanita yang lebih bahagia darinya dengan kehamilan yang ringan ini. Janin
itu adalah manusia yang mulia di sisi Tuhan, kemudian semakin dekatlah hari
kelahirannya. Sementara itu, pasukan Abrahah mendekati Mekah.
Abrahah adalah seorang
penguasa Yaman, yaitu pada saat Yaman tunduk kepada Habasyah setelah penguasa
Persia diusir. Di Yaman ia membangun suatu gereja yang dengan bangunan yang
menakjubkan. Abrahahh membangunnya bermaksud agar orang-orang Arab berpaling
dari Baitul Haram di Mekah. Ia melihat betapa orang-orang Yaman tertarik dengan
rumah tersebut. Dan ketika ia tidak melihat gereja yang dibangunnya memiliki
daya tarik seperti itu dan tidak mampu menarik hati orang-orang Arab, maka ia
berkeinginan kuat untuk menghancurkan Ka'bah, sehingga orang-orang tidak menuju
ke Ka'bah lagi melainkan ke gerejanya. Demikianlah akhirnya ia menyiapkan
pasukan yang besar yang dipenuhi dengan berbagai senjata, kemudian pasukan itu
menuju Ka'bah.
Pasukan Abrahah terdiri dari kelompok gajah yang besar yang digunakannya untuk menghancurkan
Ka'bah. Gajah-gajah itu bagaikan tank-tank yang kita gunakan saat ini. Perjalanan
pasukan tiba-tiba dihadang oleh seorang lelaki yang mulia dari penduduk Yaman yang
bernama Dunaher. Ia mengajak kaumnya dan dari kalangan orang-orang Arab untuk memerangi
Abrahah, sehingga ada beberapa orang yang mengikutinya. Abrahah berhadapan dengan
tentara tersebut tetapi pasukan yang sedikit itu dapat dengan mudah dipatahkan
oleh pasukan kafir yang besar itu. Kemudian Dunaher pun kalah dan menjadi
tawanan Abrahah. Pasukan Abrahah tersebut juga sempat ditentang oleh Nufail
bin Hubaid al-Aslami, namun Abrahah pun dapat mengalahkan mereka dan berhasil
menawan Nufail.
Kemudian ketika
Abrahah melewati kota Taif, menghadaplah kepadanya beberapa orang tokoh setempat,
dan mereka tampak gemetar ketakutan dan berkata kepadanya bahwa sesungguhnya 'rumah'
yang ditujunya tidak berada di tempat mereka, tetapi berada di Mekah. Hal itu
mereka sampaikan dengan maksud untuk memalingkannya dari rumah berhala mereka,
di mana mereka membangun di dalamnya berhala yang bernama Latha kemudian mereka
mengutus seseorang yang akan menunjukkan kepada Abrahah letak Ka'bah. Ketika
Abrahah berada di antara Taif dan Mekkah, ia mengutus seorang pemimpin
pasukannya sehingga ia melihat keadaan Mekkah. Di sana ia merampas banyak harta
dari kaum Quraisy dan selain mereka, dan di antara yang dirampasnya adalah dua
ratus unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim. Saat itu Abdul Muthalib adalah
salah seorang pembesar Quraisy dan pemimpin mereka, serta pengawas sumur Zamzam.
Kedatangan utusan
Abrahah di Mekkah telah menimbulkan gejolak pada kabilah-kabilah. Akhirnya kaum
Quraisy bergerak, begitu juga kaum Khananah. Kemudian mereka mengetahui bahwa
mereka tidak memiliki kemampuan untuk melawan Abrahah, sehingga mereka membiarkannya,
lalu tersebarlah di Jazirah Arab berita tentang datangnya pasukan yang kuat yang
sulit untuk ditandingi. Dalam surat yang dibawa oleh utusannya itu, Abrahah menyampaikan
bahwa ia tidak datang untuk memerangi mereka, namun ia datang hanya untuk menghancurkan
Ka'bah. Jika mereka tidak menentangnya, maka darah mereka tidak akan ditumpahkan.
Lalu utusan itu menemui Abdul Muthalib, ia menceritakan tentang keinginan Abrahah.
Abdul Muthalib berkata: "Kami tidak ingin memeranginya karena kami tidak memiliki
kekuatan. Ka'bah adalah rumah Allah SWT yang mulia dan suci, dan rumah
kekasihNya Ibrahim. Jika Ia mencegahnya, maka itu adalah rumah-Nya dan tempat
suci-Nya, namun jika Ia membiarkannya, maka demi Allah kami tidak memiliki
kekuatan untuk mempertahankannya." Kemudian utusan itu pergi bersama Abdul
Mutihalib menuju Abrahah.
Abdul Muthalib adalah
seseorang yang sangat terpandang dan sangat mulia. Ia memiliki kewibawaan dan
kehormatan yang mengagumkan. Ketika Abrahah melihatnya, Abrahah menampakkan
penghormatan kepadanya. Abrahah memuliakannya dan mendudukannya di bawahnya,
ia tidak suka bahwa ia duduk bersamanya di kursi kekuasaannya. Lalu Abrahah turun
dari kursinya dan duduk di atas sebuah permadani dan mendudukkan Abdul Muthalib
di sisinya. Kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya apa
kebutuhannya?" Abdul Muthalib berkata: "Kebutuhanku adalah agar
Abrahah mengembalikan dua ratus ekor unta yang diambilnya dariku" Ketika
Abdul Muthalib mengatakan demikian, wajah Abrahahh berubah, lalu ia berkata
kepada penerjemahnya: "Katakan padanya sungguh aku merasa kagum ketika
melihatnya, kemudian aku merasakan kehati-hatian saat berbicara dengannya,
apakah engkau berbicara denganku tentang dua ratus ekor unta yang telah aku
ambil, lalu engkau membiarkan rumah yang merupakan simbol agamanya dan
kakek-kakeknya, yang aku dating untuk menghancurkannya dan dia tidak
menyinggungnya sama sekali" Abdul Muthalib menjawab: "Aku adalah
pemilik unta, sedangkan pemilik rumah itu adalah Tuhan yang melindunginya."
Abrahah berkata: "Dia tidak akan mampu melindunginya dariku." Abdul Muthalib
menjawab: "Lihat saja nanti!"
Selesailah dialog
antara Abdul Muthalib dan Abrahah. Abrahah pun mengembalikan unta yang telah
dirampasnya. Abdul Muthalib pergi menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa
yang dialaminya, dan ia memerintahkan mereka untuk meninggalkan Mekkah dan
berlindung di balik gua-gua di gunung. Akhirnya kota Mekkah dikosongkan oleh
pemiliknya. Aminah binti Wahab keluar ke gunung-gunung di dekat kota Mekkah kemudian
malaikat turun di bumi Jazirah Arab.
Abdul Muthalib berdiri
dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang-orang
Quraisy, mereka berdoa kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya, agar para
malaikat memerintahkan gajah-gajah tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah
itu pun tetap di tempatnya dan menaati perintah para malaikat, kemudian
gajah-gajah itu menerima pukulan yang dahsyat namun gajah-gajah itu tetap
berdiam di tempatnya, gajah-gajah itu tampak gemetar dan berteriak tetapi
lagi-lagi gajah-gajah itu menolak untuk bergerak dan tidak bergerak selangkah
pun. Abrahahh bertanya: "Mengapa pasukan tidak bergerak?" Kemudian
dikatakan kepadanya bahwa gajah-gajah menolak untuk bergerak. Abrahah
mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya
terjadi dengan gajah-gajahnya.
Matahari saat itu
bersinar dan ia duduk di kemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi di balik
segerombolan burung. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit. Mula-mula
ia membayangkan bahwa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian ia
mengamat-amati awan itu. Dan ternyata ia bukan awan biasa. Itu adalah
sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang tebal.
Burung ababil, burung yang banyak.
Gajah-gajah semakin
berteriak dengan kencang dan tampak ketakutan. Dan rasa takut itu kini menghinggapi
seluruh pasukan. Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar gajah diusahakan
untuk maju secara paksa. Kemudian terbukalah salah satu jendela dari jendela Al
Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Sijil, yaitu
batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth. Batu itu
menyerupai bom-bom atom yang digunakan saat ini.
Para tentara Abrahah
kembali dalam keadaan binasa di mana daging-daging dari tubuh mereka berceceran
di jalan. Abrahah pun mendapatkan luka dan mereka keluar dari tempat itu dalam keadaan
dagingnya terpisah satu persatu. Abrahah pun terbelah dadanya dan mati.
Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berceceran di bumi, seperti tanaman
yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah suatu
surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu: (QS. al-Fil: 1-5)
Di tengah-tengah
kegembiraan Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah
binti Wahab bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri
sendirian di tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya
besar yang menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah
tiba-tiba terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari
mimpinya.
Berlalulah hari demi
hari dari tahun gajah. Dan pada waktu sahur dari malam Senin tanggal dua belas
di bulan Rabiul Awal, Aminah melahirkan seorang anak kecil yang yatim yang bernama
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim
bin Adam.
Sementara itu nun jauh
di sana, tepatnya di Yatsrib atau Madinah dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang
mereka datang di sana karena melarikan diri dari penindasan orang-orang Romawi.
Mereka tinggal di situ bagaikan serigala di atas tanah yang tersubur di mana
mereka melakukan monopoli dalam perdagangan. Mereka membagun kejayaan mereka
dengan memanfaatkan orang-orang Arab dan keheranan mereka terhadap diri mereka
sendiri. Para cendikiawan Yahudi memperdagangkan segala sesuatu, dimulai dari
emas sampai Taurat. Mereka menyembunyikan kertas-kertas darinya dan menampakkan
sebagiannya; mereka mengubah kertas-kertas Taurat itu untuk memperkaya diri
mereka.
Sedangkan di tempat
yang jauh dari Mekkah, Romawi menyerupai burung rajawali yang lemah, namun belum
sampai kehilangan kekuatannya. Orang-orang Romawi sangat menyanjung kekuatan.
Sedangkan di belahan timur dari utara negeri Arab, orang-orang Persia menyembah
api dan air. Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana manusia
rukuk untuknya. Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci oleh
mereka.
Sementara itu, Kisra,
raja kaum Persia duduk di atas singgasananya dan memberikan keputusan terhadap
manusia. Keputusan Kisra selalu didengar dan dilaksanakan. Tidak ada seorang
pun yang berani menentangnya dan menolaknya. Orang-orang Persia berhasil
mengalahkan Romawi dan Yunani, sehingga mereka menjadi kekuatan yang dahsyat di
muka bumi.
Di tengah-tengah
suasana yang demikian kelam, lahirlah seorang anak di tenda Mekah. Ketika anak
tersebut lahir, maka padamlah api yang disembah oleh kaum Persia dan keringlah
danau Sawah yang disucikan oleh manusia, bahkan robohlah empat belas loteng
dari istana Kisra. Dan setan merasa bahwa penderitaan yang besar telah
merobek-robek hatinya. Ini semua sebagai simbol dimulainya kehancuran kejahatan
atau keburukan di muka bumi dan terbebasnya akal manusia dari penyembahan
terhadap sesama manusia atau terhadap hal-hal yang bersifat khurafat. Manusia
diajak hanya untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran Rasul sebagai bukti
hilangnya kelaliman, sebagaimana kelahiran Nabi Musa yang menunjukkan kebebasan
Bani Israil dari kelaliman Fir'aun.
Ajaran Muhammad bin
Abdullah merupakan ajaran revolusi yang paling meyakinkan dan yang paling
penting yang pernah dikenal di dunia; ajaran yang bertugas untuk menyelamatkan
dan membebaskan akal dan materi.
Kemudian terjadilah
peristiwa luar biasa setelah kelahirannya di mana terjadilah peristiwa
pembelahan dada pada saat beliau masih kecil, begitu juga beliau dinaungi oleh
awan di waktu kecil, bahkan beliau terkenal pada saat masih kecil dengan
kecenderungan untuk meninggalkan permainan-permainan yang biasa dimainkan oleh
anak-anak kecil seusia beliau. Allah SWT memberikan penjagaan khusus kepadanya
sehingga Jibril as turun kepadanya dengan membawa wahyu. mukjizatnya yang
pertama adalah mukjizat yang terdapat pada kepribadiannya dan pemikiran-pemikirannya.
Itulah yang menjadi mukjizatnya yang terbesar setelah Al-Qur'an; itu adalah bangunan
ruhani yang tinggi di mana beliau mampu menahan penderitaan di jalan Allah SWT.
Sedangkan Isa bin
Maryam telah berdakwah dan mengajak manusia untuk menciptakan kesamaan,
persaudaraan, dan cinta kasih di antara mereka, namun Muhammad SAW diberi karunia
untuk mewujudkan persamaan, persaudaraan, dan cinta kasih di antara orang-orang
mukmin di tengah-tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya.
Ketika Nabi Isa mampu
menghidupkan orang-orang yang mati dan mengeluarkan mereka dari kuburan,
Muhammad bin Abdullah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian mereka yang tidak
pernah mereka sadari. Itu adalah bentuk kematian yang paling berat. Beliau juga
mengeluarkan rnereka dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu, dan dari
belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia tauhid.
Sulaiman sebagai
seorang Nabi dan raja mampu memperkerjakan jin untuk mengabdi padanya, bahkan
mereka mampu terbang beribu-ribu mil untuk menghadirkan singgasana musuh-musuhnya
agar mereka semua tercengang terhadap kemampuannya, sehingga mereka masuk Islam.
Namun Muhammad SAW justru mengabdi kepada Islam hanya sebagai seorang tentara yang
sederhana. Beliau mengetahui bahwa ketika beliau lalai sesaat saja dari dakwah
di jalan Allah SWT, maka kesempatannya dalam menyebarkan agama Islam akan
hilang.
Di saat terjadi
peristiwa besar dalam peperangan, tiba-tiba azan salat dikumandangkan, sehingga
para pasukan yang berperang mengerjakan salat. Tidak ada malaikat yang turun
untuk melindungi mereka ketika salat atau mencegah datangnya anak-anak panah
dari punggung mereka saat sujud. Karena itu, hendaklah para pasukan melindungi
dirinya sendiri. Para pasukan mukmin berusaha salat secara bergantian: sebagian
mereka salat dan sebagian mereka bertugas untuk menjaga. Sesuai dengan firman
Allah SWT (QS. An-Nisa': 102)
Pada masa para nabi
sebelum Nabi Muhammad SAW, mereka menghadirkan mukjizat-mukjizat kepada kaum
mereka saat memulai dakwah, sehingga kaum tersebut mempercayai apa saja yang mereka
bawa, sedangkan Nabi Muhammad bin Abdullah tidak menghadirkan kepada kaumnya selain
dirinya dan ketulusannya.
Allah SWT telah
memutuskan untuk melindungi Musa dan memerintahkannya untuk mengangkat gunung
di atas kaumnya hingga mereka beriman kepada Taurat, atau untuk menjatuhkan
gunung tersebut di atas mereka. Ketika mengetahui hal yang Demikian itu, orang-orang
Yahudi sujud dengan meletakkan pipi mereka di atas tanah dan mereka mengamati
bukit batu yang berada di atas kepala mereka yang diangkat oleh tangan yang
tersembunyi. Sedangkan Nabi Muhammad bin Abdullah tak pernah memaksa seseorang
pun. Berimanlah beberapa orang kepadanya dan puaslah beberapa orang kepadanya
dan matilah bersamanya orang-orang yang mati dalam keadaan puas. Beliau tidak
membawa pedang kecuali saat panah yang beracun mendekati jantung Islam dan
mengancamnya.
Kesulitan yang dihadapi
oleh Islam adalah bahwa ia tidak diturunkan pada masa ini saja, tetapi Islam
diturunkan untuk setiap masa. Allah SWT mengetahui bahwa manusia telah memasuki
masa kematangan berpikir yang mengagumkan, maka hikmah-Nya menuntut bahwa
pernyataan yang pertama kali disebutkan dalam risalah-Nya adalah "iqra” (bacalah).
Di samping itu, risalah tersebut mengandung pemikiran yang universal, sistem
yang membangun, dan hukum yang mempesona, serta kebebasan yang diidamkan, dan
manusia yang sempurna.
Tidak mengurangi
kehormatan para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW di mana mereka tidak di utus di
masa-masa kematangan pemikiran, tetapi yang menambah kehormatan Nabi MuhammadSAW bahwa beliau diutus di tengah-tengah masa kematangan berpikir, dan beliau di
utus sebelum datangnya masa ini. Beliau memikul berbagai lipat cobaan yang
pernah dipikul oleh para nabi; beliau berdakwah dengan menanggung berbagai
lipat godaan dan cobaan; beliau mengalami siksaan yang pernah dialami oleh
semua para nabi; beliau mencintai Allah SWT sebagaimana para nabi
mencintai-Nya. Allah SWT memuliakannya ketika beliau mengimami mereka di saat
salat pada saat beliau melakukan Isra' dan Mi'raj. Meskipun demikian, ketika beliau
keluar pada suatu hari menemui sahabat-sahabatnya dan mendapati mereka mengutamakan
para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru menampakkan kemarahan
dan wajahnya berubah. Beliau berkata: "Janganlah kalian mengutamakan aku
atas Yunus bin Mata."
Semoga dari tulisan
artikel yang sedikit ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan mahabbah kita kepada
Nabi Muhammad SAW dan dapat meningkatkan rasa keinginan tahu kita dalam
mengenal sang Nabi SAW dengan harapan dapat meneladani setiap tingkah laku dan
perbuatan beliau semasa hidupnya yang pada akhirnya kita semua mendapatkan
syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin
SUMBER : KISAH 25 NABI
DAN RASUL- NYA
Mantap kang, lengkap kisahnya...
ReplyDelete